Halooooo. Wah sudah lama sekali gak update dan cerita-cerita disini. Hampir sebulan, ya. Ini karena banyaknya kegiatan offline yang menyita waktuku banget antara September sampai Oktober. Hehehe…sok sibuk ya…:D
Nah, selama ‘menghilang’ alias gak ngeblog itu banyaaaak cerita yang terjadi. Salah satunya cerita ini 🙂
Di hari Kamis sore tanggal 10 Oktober lalu, aku sedang berdiri waspada menanti-nanti pengumuman lomba yang kuikuti, Essay Competition Olimpiade Ilmiah Mahasiswa UI 2013. Bersama kontingen lainnya dari fakultasku, FIB, kami menanti dengan perasaan yang benar-benar nothing to lose. Bagaimana tidak, sedari awal nama fakultas kami belum sekali pun disebut-sebut sebagai pemenang dalam cabang lomba lainnya. Masuk nominasi pun tidak. Mau tidak mau, selama menunggu itu aku jadi teringat esaiku yang berjudul ‘Semar National Digital Repository untuk Meningkatkan Daya Saing Publikasi Karya Ilmiah Anak Bangsa’ (temanya JIP banget. Hehe), teringat bagaimana presentasiku pada hari Selasa yang…ah, aku sebenarnya nggak puas banget.
Selasa, 8 Oktober 2013, bertempat di Ruang Sidang 5C Perpusat UI, aku sebagai peserta lomba datang paling awal sekitar setengah 8, padahal lomba baru benar-benar dimulai pukul 9. Hahaha. Bahkan aku datang barengan panitianya. Dan itu pun masih harus terus menunggu giliran untuk tampil dulu. Sambil menunggu untuk tampil maju, aku terus melatih presentasiku dan memperhatikan presentasi peserta lainnya. Setiap pertanyaan juri kucatat. Aku masih ingat, yang tampil pertama kali itu sadalah kontingen dari FH, lalu fakultas demi fakultas, terus terus…lho kok aku nggak dipanggil-panggil? Wah aku jadi makin deg-degan. Asli, aku pengen cepet-cepet selesai lomba ini. Sejak awal masuk kuliah di awal September waktuku banyak tersita untuk penulisan esai lomba ini. Ketika sudah submit esai pun masih harus berlatih lagi untuk presentasi. Dan itu semua kulakukan di saat tengah banyaknya tugas dan kerjaan organisasi. Benar-benar melelahkan. Karena sering nggak ada waktu untuk menulis esai, aku pun mengubah jam tidurku. Aku bukan tipe orang kuat banget begadang, jadi daripada begadang kuputuskan untuk tidur lebih awal jam 9 awal dan bangun jam 2 pagi lalu mengerjakan tugas-tugas dan esai itu dan gak tidur lagi sampai pagi dan kuliah.
Kembali ke suasana pas nunggu tampil presentasi. Deg-degan? Yaiyalah. Berulang kali aku membaca esaiku. Terkadang terbesit pertanyaan: apa inovasi ini cukup visible diaplikasikan? Apa esaiku cukup kritis? Nanti bakal ditanya apa aja ya? Dan semacamnya lah. Pas FKM maju, aku cukup down juga karena FKM presentasinya bagus banget walau inovasi yang digagas sama sekali bukan hal yang baru. Supporternya yang solid juga agak bikin jiper. Sepanjang itu aku hanya ditemani PJ kontingen esai dari FIB dan ketua kontingen FIB.
Hingga kemudian waktu semakin siang, tinggal aku dan kontingen dari FPsiko. Daaaan yah, FPsiko duluan yang maju. Wah wah, jadi aku benar-benar tampil terakhir. Datang paling awal, tampil paling akhir. Tapi nggak apa-apa deh, dengan tampil terakhir, teman-teman sekelasku bisa ikut menonton aku presentasi. Ada Rojak, Ween, Ami, Safir, Khezia, dan Mega yang datang setelah kelas pagi kelar (aku didispen gak ikut kelas). Ada juga Kak Suryadi, Kadept Keilmuan BEM FIB, seniorku di JIP juga. Wah, support mereka berarti banget buatku.
Daaaaan akhirnya tibalah giliranku.
Asli, aku tegang dan nervous banget. Di awal presentasi, semua terlihat lancar, aku bisa rileks. Namun di tengah-tengah ketika tanda waktu ‘5 menit lagi’ diacungkan dan kontingen Psiko bersama supporternya keluar (yak, jadi yang menontonku benar-benar cuma teman-temanku sendiri hahaha), nah disitu konsentrasiku jadi agak buyar. Seusai presentasi barulah sesi tanya jawab dengan juri. Juri berkomentar positif dan mengatakan esaiku ini implementatif, msangat menarik, dan sangat visible. Tapi pas mengajukan pertanyaan…wah aku agak kelabakan. Terutama pas pertanyaan ‘bagaimana signifikansi adanya publikasi karya ilmiah sebagai bahan referensi terhadap produktivitas?’. Wah iya aku baru nyadar, aku gak punya datanya. Ini berdasarkan kesimpulan dari beberapa kasus saja.
Setelah tampil presentasi, bukannya lega, aku justru makin deg-degan. Rasanya gak puas banget, kurang maksimal banget, segala yang udah dipersiapin pas latihan jadi berasa hampir sia-sia. Yeah…akhirnya aku hanya bisa berdoa saja semoga menang, eh bukan, berdoa aja semoga Allah memberikan hasil terbaik, ganjaran terbaik atas ikhtiar yang kulakukan selama ini. Selama hidup, aku gak mengenal konsep keberuntungan. Kalau mau berhasil ya usaha, tapi jangan lupa juga berdoa. Sering ketika aku nggak berhasil, ya itu karena ikhtiar dan doanya kurang maksimal. Sebab Allah Maha Melihat usaha kita 🙂
Kembali pada saat-saat pengumuman yang menegangkan…
Akhirnya tiba juga pengumuman untuk cabang esai pemikiran kritis. Waaaah aku masuk nominasi. Begitu masuk nominasi saja, teman-temanku memekik girang dan langsung memelukku. Aku berulang kali mengatakan “Ssst, ini belum menang lho”. Dan ketika hasilnya benar-benar diumumkan…jeng jeng jeng…
Alhamdulillah, juara 3! 😀
Subhanallah, aku seneeeng banget! Gak mengapa deh juara 3. Aku ridha, Allah sudah memberikan hasil yang terbaik yang Dia janjikan untuk hambanya yang berusaha. Padahal sebelumnya aku sudah sangat pesimis untuk menang…Alhamdulillah, tak henti-hentinya aku mengucap syukur. Dan ketika aku maju ke depan untuk mendapat medali, seluruh tubuhku gemetaran. Rasanya masih gak percaya bisa menang. Bahkan senyumku ketika difoto bersama terasa gemetaran. Asli, ini benar-benar euforia banget. Seluruh teman-teman FIB memelukku, mengucapkan selamat berkali-kali, bergantian foto denganku. Yes, I’m sooo happy! 🙂
Namun keberhasilanku pun tak lepas dari dukungan dan dorongan keluarga dan teman-temanku. Aku ingin mengucapkan terima kasih terutama pada Mama yang selalu menjadi sumber semangatku. Juga pada teman-teman yang sejak awal selalu support. Terimakasih untuk Kak Dian Masniari (JIP 2009) dan Kak Chandra(JIP 2010) atas sumbangan ide dan sarannya yang luar biasa untuk penulisan esai ini, terutama Kak Dian yang sejak OIM tingkat FIB sudah banyak membantu lewat sharing pengalamannya di OIM tahun-tahun sebelumnya. Juga untuk Pak Taufik Asmiyanto (Prodi Ilmu Perpustakaan), dosen pembimbing esai ini, atas segala masukan positif dan bimbingannya selama penulisan dan presentasi esai ini. Terimakasih untuk Rojak yang baik, yang ikut terlibat dalam desain interface yang ada dalam esaiku, membantuku, mendukung, mendengarkanku latihan presentasi, dsb. Juga Safir dan Icha yang gak bosen mendengarkanku latihan presentasi dan ikut mengkritisi latihanku. Ami, Ween, Eri, Khezia, Mega yang selalu memberikan semangat. Terutama Ami yang selalu yakin dan mengatakan aku pasti bisa masuk 3 besar. Teman-teman JIP dan FIB. Teman-teman di ILC dan Rumbel dan semua yang turut larut dalam euforia kemenangan ini. Gak henti-hentinya ucapan selamat masuk ke Twitter dan handphoneku. Terimakasih banyak. Viva Gloria FIB!
Selain aku, dari FIB yang menang adalah Yogi Rinaldi, anak Sastra Arab, menang juara 2 cabang Poster Inspiratif. Capaian yang jauh lebih baik bagi FIB dari tahun-tahun lalu yang selalu pulang dengan tangan kosong dalam OIM UI. Juara 1 Esai dimenangkan Vokasi, juara 2 nya aku lupa dari mana hehe. Sedangkan untuk Juara Umum OIM UI tahun ini dimenangkan oleh FISIP. Selamat! 😀
Selamaat!
Semoga bisa terus berkarya ^^
Makasih kak suryadi :))
alhamdulillah. selamat ya. itu inovasi yang sangat visible kok. kan kita punya SLIMS. ayo diwujudkan. 🙂
Sebenarnya di dalam essaynya juga disajikan interface dari repositori itu bentuknya seperti apa, dan itu bikinnya pakai SLIMS! Hehehe. Aamin, semoga lekas terwujud nih 🙂
mantap! lanjutkan..
asik juara 3
makan-makan nih buat syukuran!
kak aku boleh bagi essay kakak ga, mau kasih contoh format yang baik ke oim fakultas ku. kalau kakak ga keberatan hehe. makasih. kalo mau, krm ke erninms@gmail.com ya kak . makasih banyak sbelumnya