SG Hari Ketiga.
Agak cukup panjang ya judulnya? Perjalanan di hari ketiga memang cukup panjang durasinya meskipun tempat yang dikunjungi gak gitu banyak. Sekitar pukul 09.00 pagi gue dan Jeane udah cus berangkat dari hostel. Untuk menuju Sentosa Island dari Bugis cukup naik MRT ke Harbourfront. Dari Harbourfront, ikuti aja petunjuk jalan menuju Sentosa Broadwalk melalui Mall Vivo City. Di mall ini banyak petunjuk jalan menuju Sentosa Broadwalk, jadi ga bakal kesasar deh, ikutin aja petunjuknya.

Sentosa Broadwalk
Yup, inilah cara gratis ke Sentosa Island…jalan kaki! Ada dua cara lain yaitu naik Cable Car dan Sentosa Express…tapi bayar sekitar 20an SGD(Cable Car) dan 4 SGD (Sentosa Express) 😛 Amit-amit, mending jalan aja lewat Sentosa Broadwalk. Cuma 575 meter koook. Sentosa Broadwalk ini juga adem karena dinaungi atap dan ada eskalator yang datar juga untuk memudahkan  jalan kaki (apa sih namanya untuk eskalator kayak gitu?hahaha). Sepanjang jalan kita juga disuguhi pemandangan laut, lumayan untuk selfie-selfie bentar. Setelah sekitar 10 menit berjalan santai, sampai lah kami di Sentosa Island, pertama kali yang kita temui adalah Trick Eye museum yang lumayan lagi hits gitu. Tapi karena bukan bagian dari itinerary, kita cuekin aja, lanjut jalan terus ke Universal Studios.

Universal Studios
Eits, jangan husnudzon gue beneran masuk Universal Studios ya…gue cuma foto foto doang depan bola dunia USS kooo. Gratisan. Hehehe *penonton kecewa*Â Ternyata yaaa, bola dunia USS lagi-lagi gak sebesar yang gue bayangkan. Tapi keren lah yaa untuk yang pertama kali ke SG, kudu gitulah foto selfie di depannya. Kayak gue. Hehehe
Tuh banyak banget yang putu putuuu.
Pantai Siloso
Setelah puas foto-foto depan USS, gue dan Jeane pergi ke Pantai Siloso dan Palawan yang masih terletak di Sentosa Island. Untuk kesana, bisa menggunakan monorail Sentosa Express dari Waterfront stasion menuju Beach Stasion. Kalau naik dari Waterfront udah gratis lho. Beach Stasion adalah perhentian terakhir setelah melewati satu stasiun bernama Imbiah Stasion dimana dekat situ ada patung Merlion mini. Sayang kita gak sempat mampir kesitu.

Turun di Beach Stasion kami pun menuju Pantai Siloso. Karena hari sedang puncaknya siang bolong, kami memilih neduh dulu di semacam pendopo besar untuk para pengunjung. Setelah agak teduh, baru deh foto-foto.

Pantai-pantai di Singapore memang masih kalah sama pantai di Indonesia, apalagi di Bali. Wah jauuuh. Tapi enaknya pantai disini bersih-bersih dan cukup terawat. Ada juga beach guardnya, walaupun ombak disini gak besar sih…dan masih cetek juga keliatannya. Hehehe. Di sekitar tampak turis-turis dari berbagai negara (kebanyakan bule dan orang Jepang) asyik berjemur dan main voli pantai. Oh ya, semua pantai di Sentosa Island ini gratis tis tis 😀
Pantai Palawan
Kelar eksplor pantai Siloso, sekitar jam setengah 3, kita beranjak ke Pantai Palawan yang nggak jauh dari Siloso. Seperti yang sudah-sudah gue tulis, cukup ikuti petunjuk jalan aja. Gampang kooo.


Indah mana Pantai Siloso atau Palawan? Palawan! Selain gak terganggu dengan pemandangan kapal-kapal (yang jaraknya lumayan dekat) seperti di Siloso, di Pantai Palawan ini terdapat pulau kecil yang bisa kita kunjungi melalui jembatan gantung yang bergoyang goyang.

Di pulau kecil ini ada semacam menara berbentuk pendopo yang bisa kita naiki sampai atas untuk melihat keseluruhan pantai.
Gak jauh dari menara, ada tempat kosong yang adem dinaungi nyiur kelapa. Nah disitulah gue dan Jeane menghabiskan siang kami dengan….tidur siang! Asli, santai banget kayak di pantai (lho emang beneran pantai kan hehe). Ternyata Singapore punya juga wisata alam oke kayak gini. Sebelah kita, ada beberapa orang bule dan turis asia juga asyik tiduran sambil baca buku. Gue dan Jeane sih tiduran sambil nyanyi gak jelas dan gosipin orang. Hahaha

Ohya ada pengalaman lucu sekaligus geli. Pas lagi asyik nyelupin kaki ke air, tampak sepasang turis India sedang ciuman sambil berpelukan di tengah pantai. Tengah pantai gitu lho. Tapi karena Singapore negara yang cukup permisif, hal itu sih gak aneh lagi dan orang-orang gak ada yang peduli. Banyak juga tuh muda mudi yang ciuman di eskalator, MRT, dan tempat umum lainnya (reaksi gue pertama kali ketika lihat yang kayak gini di SG: kaget, istighfar, tutup mata, eh pengen liat, eh..lho). Semula gue dan Jeane ngira si cewek India gak bisa berenang, terus cowoknya ngajarin sambil peluk-cium gitu deh…eh…gataunya kok gerakan mereka makin aneh. Si cewek memanjat badan si cowok bukan sekedar untuk dituntun karena gak bisa berenang tapi selanjutnya beeep beeep *sensor*…kira kira contekan adegannya mirip mirip Bella dan Edward di Twilight seri terakhir pas mereka honeymoon di pulau privat lah. Gile bener kaaaan. Padahal rame orang lho dan di kejauhan tepi pantai ada anak-anak lagi main istana pasir juga. Duh, get a room, please!
Akhirnya gak berapa lama kemudian, gue dan Jeane memutuskan berhenti nyelupin kaki gara-gara satu pikiran absurd muncul di pikiran kita.
“Eh ini kita nyelupin kaki…kayaknya air pantainya udah terkontaminasi calon-calon dedek deh”. Iyuuuuhhh X.x
Namun di luar insiden itu, bersantai di Pantai Palawan sebenernya cukup recommended. Airnya tenang, tempatnya pewe dan bersih meskipun penampakan alamnya gak ‘wow’ banget. Yaiyalaaah pantai buatan gitu. Bahkan pasirnya aja gue ragu pasir beneran…kok ya kita tiduran tanpa alas kok pasirnya gak nempel ya?
Sekitar jam 5 sore, gue dan Jeane cabut dari Palawan. Hari masih terang banget (Singapore baru gelap sekitar jam 8 malam), karena lapar, kami pun mengisi perut di McDonalds yang gak jauh dari Beach Stasion.
Seperti yang udah gue tebak, ga ada nasi di Mc Donalds sini so biar kenyang pesen paket big mac+french fries lah ya. Ada dua hal baru yang gue lihat di McD Singapore, atau mungkin juga di resto cepat saji lainnya ya. Pertama, habis makan gak langsung tinggal, kita harus mengembalikan baki ke tempat yang disediakan (yaelah, penting banget Saaar hahaha). Kedua, ada pekerja yang udah tua-tua banget, mungkin di atas 65 tahun kayak nenek gue. Udah aki-aki dan nini-nini banget deh. Yang masih sehat pendengarannya bisa ditempatkan di front desk, tapi yang udah agak tuli dan bungkuk bekerja sebagai cleaning service. Kasian 😦
Gue jadi inget orang tua gue di rumah. Gak banget lah gue membiarkan ortu gue bekerja di masa tua nya. Menurut analisis sotoy gue, ada 2 kemungkinan kenapa orang-orang tua itu masih bekerja: pertama, biaya hidup di SG sedemikian mahalnya sampai pensiun mereka gak cukup atau kedua, mereka gak ingin merepotkan anak-anak mereka dan berpikir lebih baik bekerja daripada dimasukkan ke panti jompo.
Eh ini jadi kemana-mana ya. Hehehe. Cus lanjut. Selesai makan, gue dan Jeane naik Sentosa Express lagi ke stasiun awal kita naik, Waterfront stasion dan mampir di salah satu toko dekat USS yang menjual popcorn yang konon terkenal enaknya. Kayaknya semua orang yang gue kenal pada nyaranin nyobain pop corn ini deh. Emang sih agak mahal tapi….beneran enak bangeeeetttt! Gue pun beli popcorn rasa caramel ukuran small seharga 5SGD untuk oleh-oleh pulang.
Sekitar setengah delapan malam, selesailah perjalanan kami di Sentosa Island. To be continued yaa 😀
Halloo, mau tanya boleh ya?
Berarti sis ga naik kereta lagi ya masuk ke sentosanya? (itu loh yg $3)
Dan kalau pulangnya naik mrt keluar sentosa gratis ya?