“Kenapa ya? Kita nggak dari dulu-dulu aja dekat jadi aku nggak perlu ketemu yang aneh-aneh di luar sana dulu sebelum kamu?”
“Yaaa justru itu. Kalau dari dulu malah mungkin aja nggak jadi. Udah caranya Allah untuk jaga kita dan menyatukan di waktu yang tepat” jawab suamiku.
Setelah hiatus sekian lama dari blog ini, akhirnya ada waktu luang untuk kembali menulis…..sesuatu yang udah lama banget pengen ditulis: kelanjutan dari cerita terakhir yang ku-share disini ๐
Alhamdulillah aku sudah menikah pada 7 April 2019 lalu. Seperti yang sudah kuceritakan di posting acara lamaran, jodohku adalah Adik Apriliyadi, atau yang sekarang kupanggil Mas Adik. Nah, aku belum cerita kan gimana bisa berjodoh dengan Mas Adik? Secara singkat, aku pernah menulis kisah kami di salah satu postingan-ku di Instagram.
Sebenarnya, cerita di balik itu lebih panjang lagi hihihi. Dan tulisan ini aku dedikasikan bagi teman-teman single yang sedang dalam fase pencarian jodoh ๐
Aku buka kisah ini dari masa-masa pencarian jodoh terbaik. Dan mencari Mr. Right, sungguh nggak mudah bagiku. Kadang aku merasa jatuh hati sama orangnya, eh orang nya nggak merasa yang sama. Kadang orangnya udah mau sama aku, eh aku nya gak yakin. Hehehe.
Aku baru serius memikirkan persoalan jodoh kira kira hmm…usia 22 tahun. Masih muda banget? Hmm gak juga ya. Aku memang punya target dalam hati: target maksimal menikah usia 25 tahun. Hehehe. Maka sejak usia 22 tahun itu, aku pun mengalami berbagai “petualangan di PT Mencari Cinta Sejati”
HAHAHA..jyjyk yah bacanya? ๐
Aku pernah pacaran trus diselingkuhi, sering dekat tapi orangnya kemudian muntaber alias mundur tanpa berita atau yaa kelar aja gitu karena gak cocok, ikut-ikutan masukin proposal taaruf dan ditolak (kadang aku yang nolak sih), kenalan lewat Tinder berkali kali, pacaran lagi lumayan lama kemudian hampir nikah dan akhirnya batal :’)
Akhirnya di bulan Juli 2018, 2 bulan sebelum ulang tahun aku yang ke 25 tahun di bulan September 2018, aku memutuskan untuk fokus kejar S2. Aku sampai di ‘titik lelah’, udahlah yaaa capek sama urusan jodoh, dan pingin mengejar mimpi aku yang lain. Hal tsb pernah aku tuangkan juga dalam posting ini. Saat itu aku sudah berpikir “oh mungkin target maksimal nikah akan naik lagi ke usia 27”

Mas Adik sendiri bukan sosok yang asing bagiku. Seperti yang aku ceritakan di IG, kami kenal sejak 2013. Selama itu, kami juga amat jarang kontak atau bertemu. Yaa hanya seperti someone you know from other department in faculty lah. Hehehe.
Ternyata, dulu banget waktu acara Pagecah alias Pagelaran Bocah Rumbel UI , Adik (waktu itu manggilnya masih Adik, padahal aku satu tingkat di bawahnya dan dengan santuynya langsung panggil nama, gak pakai ‘Kak’) pernah bilang ke temannya sambil nunjuk aku di kejauhan ,”Tuh akhwat yang gue suka” . Cieeehhh
Jadi Mas Adik udah jatuh hati duluan dari 2013? Yaaa enggak juga. Katanya sih perasaan dia ke aku on off on off gitu. Kadang suka sama yang lain. Pernah juga udah ngarep banget sama seorang akhwat trus ditinggal nikah #ehh. Beberapa kali juga dari 2015, Mas Adik suka iseng sentil-sentil masalah jodoh seperti “Udah ada calon belum?”, “Taaruf yuk” dsb. Awalnya membuat aku sedikit geer, tapi lama lama bikin aku mikir, ” Ini orang apaan sih..masa iya dia cuma ngecek doang gue taken atau engga”. Hahaha.
Pernah aku bertanya pada Mas Adik.
“Kenapa ya? Kita nggak dari dulu-dulu aja dekat jadi aku nggak perlu ketemu yang aneh-aneh di luar sana dulu sebelum kamu?”
“Yaaa justru itu. Kalau dari dulu malah mungkin aja nggak jadi. Udah caranya Allah untuk jaga kita dan menyatukan di waktu yang tepat” jawab suamiku.
Di tahun tahun berikutnya, aku hanya menganggap gurauannya hanya sekedar canda. Makanya ketika kedekatan kami dimulai di akhir Agustus 2018, aku sih ngerasa biasa aja. Pertama, aku masih fokus untuk S2. Kedua, yaelaaah ini seorang Adik yang slengekan. Aku mah udah kenyang deh dengan kata kata “iya aku mau serius sama kamu dan nikahin kamu”.
Tapi ternyata, Mas Adik membuktikan dengan bukan sekedar kata. Aku ingat betul, salah satu momen mengharukan di saat kita pendekatan baru berjalan 2 minggu.
Pulang kantor, kami janjian di KFC Cikini (kenapa di Cikini ya..padahal kantor kami di Sudirman dan Pancoran hahaha) dengan alasan ‘mau nyobain chicken wing baru’ (apasih!). Disitulah Mas Adik memberikanku sejumlah uang dalam amplop hasil dia dinas beberapa hari lalu.
“Ini yah aku mau nabungin di kamu untuk nikahan kita. Aku belum hitung jumlahnya”
Mataku sampai berkaca kaca menerima amplop itu.

Bukannya aku menilai dari uang ya, tapi aku saat itu merasa sudah terlalu blur mengenai keseriusan laki-laki. Yang sudah bilang ke keluarga besar aku, aku sampai dikenalin juga ke keluarganya ADA..tapi nggak serius. Yang sampai bikin proposal ala ala film barat dengan setangkai warna merah (untung gak pake berlutut! Cringe abis) pun ADA…tapi nggak jadi juga. Nah, makanya aku baru menganggap Mas Adik serius ketika dia menitipkan hasil jerih payahnya untuk tabungan menikah kita.
Semakin dekat hari menikah, aku semakin yakin bahwa pilihan Allah memang yang terbaik. Karakter Mas Adik benar-benar sesuai kriteria aku, sampai ke fisiknya pun tipe aku banget. Yang chubby chubby putih gitu…wahahahah >.< Tentu nggak ada manusia yang sempurna, namun selama kekurangan tsb tidak sampai prinsipil, mengapa harus dibikin ribet?
Tapi di atas itu semua, seperti kata teman aku Ween:
Allah tidak melambatkan dan tidak mempercepat sesuatu kecuali itu yang terbaik.
Mungkin kesimpulan dari cerita aku ini adalah:
1. Gak perlu terlalu keras berusaha. Karena ketika waktu itu datang, semuanya terasa mudah saja. Less effort. Daaannnโฆjangan melodrama! Ketika kita gagal membina hubungan sampai jenjang pernikahan karena berbagai sebab, jangan terus menyesali atau menyalahkan siapapun. Sebab yang paling pasti hanya satu: nggak jodoh. Titik. Karena kalau jodoh, pasti bersanding di meja akad ๐
2. Khusus bagi perempuan, sebaiknya jangan gantungkan perasaan terlalu lama pada satu orang. Always set low expectation. Makanya aku nggak menyarankan banget pacaran tahunan kayak kredit mobil. Aku punya beberapa teman yang akhirnya give up dipacari bertahun tahun dan kemudian bertemu pria hebat yang mau menikahi hanya dalam waktu sebentar kenal. Jodoh itu nggak bisa seenaknya kita prediksi. Yang gak serius hempasss aja shay.
3. Punya kriteria. Jangan sampai, kita asal pilih dan menyesal. Jangan karena teman-teman sudah menikah, keluarga sudah mendesak nikah, terus kita asal comot saja. Yang penting ada yang mau deh. No. Hidup setelah menikah itu jauh lebih menantang lho. Bukan terlalu milih-milih, tapi pastikan kamu memilih yang terbaik versi kamu, bukan versi siapa-siapa. Mau belanja baju aja kita milih kan…masa untuk jodoh engga?
Selamat menanti! ๐
Selamat ya mba, semoga langgeng selalu ๐