Menyambung tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman mengambil test IELTS di IALF Jakarta, kali ini saya ingin membagikan tips dan trik untuk mempersiapkan diri untuk IELTS. Bagi kebanyakan orang (termasuk saya), biaya IELTS tidaklah murah, karena itu sebaiknya kita mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya agar mencapai band yang diinginkan dan tidak perlu mengulang. Apakah dengan kursus atau belajar otodidak, itu kembali pada kebutuhan diri Anda (dan budget, hehehe). Saya sendiri memang sebisa mungkin menekan budget di awal, karena saya pikir ke depannya akan lebih banyak biaya yang dikeluarkan dalam perjuangan mencari beasiswa S2 seperti biaya pendaftaran kampus, biaya tes kesehatan jika ada, dan lain-lain. Sehingga saya memilih untuk belajar sendiri.
Saya mempersiapkan diri sekitar sebulan sebelum test dan membuat semacam diary di Google Sheet sebagai progress tracking kemampuan saya.
- Rancang Waktu Belajar
Selama sebulan itu, saya memutuskan ‘cuti’ dari pekerjaan freelance agar bisa fokus belajar persiapan IELTS. Setiap harinya saya meluangkan waktu sekitar 3-4 jam untuk belajar: Listening 30 menit, Reading 60 menit, Writing 60 menit, dan Speaking sekitar 20-40 menit. Waktu belajar ini bisa berbeda bagi tiap orang tergantung kesibukan, silakan jadwalkan waktu belajar menyesuaikan dengan kesibukan Anda.
Selain menjadwalkan waktu belajar, saya juga menggunakan timer agar terbiasa nantinya di hari H. Untuk Listening sih nggak perlu ya, karena meengikuti saja alur dari recording, tapi untuk Reading dan Writing saya menggunakan timer 60 menit. Writing sendiri saya bagi jadi dua sesi: 40 menit untuk part 2 dan 20 menit untuk part 1. Di tes sebenarnya, tidak ada pembagian waktu 40-20 seperti ini, kita hanya diberikan waktu 60 menit untuk menyelesaikan Part 1 dan Part 2, terserah alokasi waktunya gimana. Namun saya mengikuti saran alokasi waktu dari IELTS Liz, karena memang Part 2 itu lebih banyak kata yang harus ditulis dan porsi penilaiannya lebih besar dibanding Part 1. Sedangkan untuk Speaking, saya berlatih bicara sendiri tanpa timer khusus, hanya pada bagian kedua ketika peserta nantinya harus berbicara mengenai suatu topik selama dua menit, maka saya pakai timer untuk itu.
- Banyak Berlatih
Tentu saja, tidak ada yang persiapan yang lebih baik dari berlatih. Soal IELTS berbeda dari jenis soal tes Bahasa Inggris lainnya, maka berlatihlah dari sumber-sumber yang memang dirancang khusus untuk IELTS.
A. Listening dan Reading
Untuk kedua tipe tes ini, saya berlatih soal-soal dari IELTS Cambridge. Namun sebaiknya kerjakan soal-soal dari IELTS Cambridge edisi terbaru ya, jangan yang jadul seperti IELTS Cambridge edisi 10 ke bawah, karena setiap tahunnya soal IELTS tentu berubah mengikuti perkembangan zaman. Contohnya, di IELTS 1 Anda akan menemukan Reading Passage tentang cara menggunakan komputer atau Listening test yang menayakan bagian-bagian komputer jadul…duh, sangat nggak up-to-date kan untuk di masa sekarang. Silakan download IELTS Cambridge yang saya gunakan di link gdrive di bawah ini, sedangkan untuk Listening Anda bisa search di Youtube, tinggal ketik saja misal ‘Listening IELTS Cambridge 12 Test 1’. Ada banyaaaak sekali recording-nya di Youtube.
Materi Belajar IELTS Academic by Cambridge
B. Writing
Saya berlatih Writing dengan mengikuti panduan dari IELTSLiz.com. Disana ada banyak video tutorial untuk mnulis esai pada Writing Test (bisa dibuka di Youtube juga). Tonton dan terapkan dalam esai Anda.
- Speaking
Saya banyak belajar dari channel Youtube berikut,
- Tetapkan Ekspektasi yang Realistis dan Berdoa
Tidak dipungkiri, kita ingin mendapat band score yang tinggi yang bisa kita pamerkan pada orang-orang atau setidaknya membuat diri kita sendiri bangga. Namun kita juga harus menyadari level kemampuan kita. Jika kita berniat mengambil IELTS untuk keperluan studi di luar negeri, rata-rata universitas luar negeri mensyaratkan minimum overall score IELTS 6.5 sampai 7.0 dengan nilai minimum 5.5 sampai 6.5 di setiap sub testnya. Maka logikanya, angka segitu sebenarnya sudah dipandang ‘cukup’ untuk kita bisa mengikuti perkuliahan dengan baik. Dan kemampuan berbahasa itu sebenarnya sangat dinamis bukan? Akan sangat berkembang jika kita sudah tinggal di suatu negara dan terbiasa berkomunikasi dengan bahasa negara tersebut. Nah, saat kita merasa sudah bisa melewati ambang batas tersebut, misal saat ini kita sudah mencapai overall 7.0, maka sebaiknya kita set goal 0.5 sampai 1 skor di atas kemampuan kita saat ini saja. Jadi kita nggak terlalu ngoyo untuk mengejar skor tinggi seperti 8 ke atas, yang sebenarnya nggak perlu-perlu amat. Ini kan’ bukan persaingan, tho? Bukannya saya ingin demotivasi ya, tetapi baiknya sisakan energi dan mental kita untuk siap stress di hal-hal yang jauh lebih penting seperti mendaftar universitas tujuan atau menulis esai beasiswa. Jika memang akhirnya mencapai skor tinggi, anggaplah itu bonus.
Dan tentu saja, jangan lupa berdoa agar dimudahkan dalam mengerjakan soal dan dihindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan ketika hari H seperti sakit atau hal lainnya. Sewaktu saya test ada lho, peserta yang ketinggalan ID Card atau KTP sehingga ia tidak bisa test di hari itu (nggak tahu ya apakah bisa test di hari lainnya). Karena itu, sebaik-baiknya persiapan, tetap perlu dibarengi dengan doa.
Doa Nabi Musa:
Rabbish rahli sadri. Wayassirli amri. Wahlul uqdatam millisani. Yafqahu qauli)
Wahai Tuhanku, lapangkanlah bagiku dadaku, dan mudahkanlah bagiku urusanku, dan lancarkanlah lidahku supaya mereka faham ucapanku. (QS Taha Ayat 25-28)
Good luck!